Aku iri pada perempuan hamil
Aku iri pada orang yang punya anak
Aku iri melihat senyum yang dibuat anak2 orang lain pada orangtua mereka
Aku iri melihatperempuan-perempuan mempersiapkan kehamilan dan persalinannya.
Aku iri pada mereka..
Tapi aku lebih iri pada orang-orang yang jelas-jelas lebih kekurangan
daripadaku, mereka tetap tersenyum seakan tak ada kesulitan yang melanda
mereka.
Sebetulnya, wanita hamil itupun merasa sulit, namun yang terlihat di hadapanku hanyalah kebahagiaan.
Begitupun orang2 yang memiliki anak, merekapun mempunyai kesedihan mereka masing2.
Kita tidak sepatutnya untuk iri. Karena sejatinya, semua keadaanpun pada akhirnya akan kita keluhkan.
Dulu aku mengira kuliah itu membahagiakan. Memang membahagiakan, namun kala tanggal tuapun menjadi mahasiswa terasa menyulitkan. Apalagi di saat homesick, atau skripsi..
Dulu aku mengira pernikahan itu membahagiakan. Ternyata memang
membahagiakan, namun tidak setiap saat juga. Tetap ada saatnya saat-saat
sulit dalam hidup menikah.
Dulu aku mengira bekerja itu membahagiakan, namun ternyata, memang
membahagiakan walaupun perjalanan dan intrik-intrik di dalamnya melelahkan.
Dulu aku mengira tidak bekerja itu menyenangkan. Cukup diam di rumah,
santai2, tau2 pekerjaan rumah selesai dan makanan sudah dihidangkan.
Namun ternyata tidak bekerja juga membuat frustasi.
Setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing. Kalau kita sudah mendapatkan yang kita mau, tidak jarang kita malah merindukan keadaan kita terdahulu. Intinya, bersyukur, bersyukur, bersyukur....
Wednesday, April 16, 2014
Tuesday, April 8, 2014
Konsultasi Pertama ....
![]() |
ilustrasi konsultasi pertama (itu maksudnya muka bingung.. tapi jatuhnya kaya cewek kegenitan) |
Tibalah saatnya hari ini,hehe. Setelah hari-hari sebelumnya penuh kecemasan dan pertimbangan untuk memeriksakan diri ke dokter, akhirnya saya dan suami pergi ke dokter kandungan ahli (in)fertilitas. Hari ini (26 Januari 2014) saya tepat mengalami mens hari kedua. Jadi hari ini saya bermaksud menelpon pihak RS Bunda Margonda untuk meminta jadwal dr. Dian Indah Purnama (DIP) hari ini. Usut punya usut, dr.DIP di hari senin jadwalnya jam 14.00-18.00 dan dia cuma nerima 20 pasien saja.Saat saya mengetahui hal tersebut, saya sudah masuk kantor, dan waktu menunjukkan pukul 9. Berarti saya hanya punya waktu maksimal sampai istirahat siang untuk mulai berangkat dari kantor.
Dengan sedikit panik saya men-chat suami saya. Membujuknya untuk ijin kantor dan menemani saya ke RS. Pasalnya, semua referensi yang saya dapat, menyarankan untuk menyertakan suami saat pemeriksaan infertilitas. Nah, hal ini memang dibenarkan oleh pakar. Begini penjelasannya menurut website ini,
Faktor suami memberikan kontribusi infertilitas sebesar 30% , istri sebesar 30%, suami dan istri 10%, dan sisanya 20% merupakan penyebab infertilitas yang tidak dapat dijelaskan, dimana dari hasil pemeriksaan medik pada pria maupun wanita didapatkan keduanya normal.Nah, singkatnya, akhirnya saya dan suami langsung janjian naik kereta ke RS Bunda Margonda. Sesampainya di sana, kami mendaftar dan mendapat nomor 11. Setelah tunggu punya tunggu, jam 14 itu dokter DIP masih ada tindakan katanya.. err.. okay, akhirnya kami mengisi waktu dengan mengganti pembalut (saya), makan snack, beli minum (suami), ganti pembalut lagi..... Sampe jam 4 ga juga dateng dokternya. Heuu.. akhirnya suami tak tahan lagi dan akhirnya pergi mencari makanan. Apalagi ponsel kami sama2 mati keabisan batere. Kata anak gaul, mati hape=mati gaya. :D
Nah, beberapa saat setelah suami keluar, akhirnya saya dipanggil. Waduh, piye iki. bojoku nengdi? Panik sebentar namun tetap menguasai diri dong. Pikir saya, dia pergi cuma bentar. AKhirnya saya masuk dan bertemulah dengan dr. DIP. orangnya cantik sih, ramah, tapi raut lelah di wajahnya ga bisa disembunyikan. Saya ditanya mengenai usia saya, suami, usia pernikahan, apakah suami merokok/minum alkohol, siklus haid berapa hari.. Siklus haid ini maksudnya adalah berapa lama jarak antar mens hari pertama dengan berikutnya. Saya jawab, 30 hari. Lalu dr. DIP bilang, "oke, lulus kalo gitu. Kebanyakan pasien2 jawabnya kalao ditanya siklusnya brp hari, pada jawab berapa hari mereka biasanya haid" Geer dikit lah jadinya,hihihi. Lalu sampailah saya pada pemeriksaan USG transvaginal. sempet deg-degan. Malu juga, secara haid kedua itu kan.. banjir bandang, bo'.. aku minta maap sama susternya.. haduh..yah begitulah resiko jadi dokter n suster ya.. Nah, alat USGnya itu berbentuk lonjong panjang kaya.. apa yah..hihihi. Nah, alat asing itulah yang akhirnya masuk ke vagina, dari penampakan di layar, terlihat bahwa ada kista sebesar 1,3 cm di indung telur sebelah kanan saya. Rada panik juga.. Ternyata saya juga ada kista. Namun dr. DIP berusaha menenangkan dengan berkata bahwa kista ini bisa saja hilang. Dilihat saat periksa lagi. Kapan waktunya konsultasi berikutnya? Dia bilang bahwa saya harus melewati serangkaian tes terlebih dahulu untuk kemudian menentukan langkah selanjutnya. Itulah akhir dari konsultasi pertama saya yang akhirnya ga ada suami juga,heuu.. Ya ga apalah, at least dia udah usaha buat dateng walaupun pas pemeriksaan malah cari makan. -.-"
Tes-tes yang harus saya(+suami) lakukan adalah tes Histerosalpinografi (HSG), tes hormon prolaktin dan progresteron dan analisa sperma. HSG harus dilakukan di h+9, sementara tes hormon di H+22. tes sperma bebas asal ga berhubungan/ga mengeluarkan sperma selama 3-5 hari..
Fiuuhhh..
btw, ini totalan biaya konsultasi program hamil pertama di RS Bunda Margonda (harga per Januari 2014)
Konsultasi dokter spesialis : Rp 125.000,-
Tindakan USG : Rp 50.000,-
Alat USG : Rp 228.000,-
Biaya Umum RS : Rp 25.000,- (administrasi kali ya?)
Kondom Sutra : Rp 1.400,- (ini buat ngelapisin ujung alat USG transV yg masup ke vagina)
GRAND TOTAL Rp 429.400,-
Alhamdulillah.. dicover sama asuransi kantor..mungkin karena faktor kistanya ya? blessing in disguise juga sih.. jadi ga usah berbohong agar asuransi bisa diklaim.
Oke segitu dulu ya.. apa mau dilanjut ke proses HSG dan hormon? hehe.. pas saya nulis ini sih, semuanya udah, hehe.. tapi biar seru, jadiin bersambung aja deh yah..
Thanks for reading ya.. keep on believing, keep fighting, keep du'a-ing :D
Wednesday, April 2, 2014
Kapan Waktunya Periksa ke Dokter Fertilitas?
sumber |
Bismillah..
Bulan ini pernikahan saya memasuki usia 11 bulan. Genap sebulan lagi, akan tersemat kata-kata itu..infertilitas. (berdasarkan definisi menurut web ini ) Kesannya gimana banget ya, huhuhu.. Tapi begitulah keadaanya. Saya dulu pede banget sebelum nikah, mengira akan cepat hamil. Beberapa hari setelah nikah aja udah beli test-pack.. Setiap bulan menanti-nanti..jadi nggak yah,, Terus sok-sok ga jalan cepet2 atau minta suami jangan ngebut dan nerjang gundukan di jalan karena takut "ada dedenya". Pernah juga tuh salah perhitungan, harusnya haid setiap tanggal 25an, tapi ingetkan tanggal 17. Alhasil pas sampe tanggal 20 udah geer lagi..dan ketika tanggal 25nya haid..nangis heboh deh pas ditelpon Ibu..
Fiuhh, begitulah kira-kira, siklus bulanan saya, selain haid, juga ada fase2 bersedih. Mungkin sugesti juga sih kalau sedih menjelang dan selama menstruasi. Kecampur-campur sama PMS, jadi makin sedih. Selain itu biasanya di fase ini ada pertengkaran sama suami juga.
Saya memang sadar bahwa mood itu kita sendiri yang ciptakan,. bukan keadaan, tapi saya masih belum terbiasa dengan itu. Akhirnya dengan saran ibu saya, saya sendiri memposisikan mindset saya bahwa, "bulan ini saya menstruasi" agar saya tidak berharap terlalu tinggi. Namun, berdoa dan berusaha tetap wajib hukumnya.
Kebanyakan pendapat menyarankan agar pasangan yang belum dikaruniai anak memeriksakan diri ke dokter obsgyn setelah setahun menikah. Namun ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa jika 3 bulan menikah belum ada tanda2 kehamilan, segeralah periksa, karena tiga bulan pun cukup menggambarkan bahwa ada yang 'salah di tubuh kita'.
Terserah pada keyakinan kita, namun saya pribadi akhirnya memeriksakan diri pada usia pernikahan ke-11, alias sekarang-sekarang ini. Hehe..
Sebenarnya saya prefer memeriksakan diri secepatnya beberapa bulan setelah menikah, namun saya terkendala banyak hal. Nggak banyak sih sebenernya, tapi signifikan. Apa sih, haha. Uang. Itu doang sih. Hehe. Program hamil itu ga murah lho, sodara-sodara. Periksa doang juga mahal. Nah, di sinilah saya baru merasakan keuntungan menjadi karyawan. Karena ada asuransi kesehatan tentunya. Namun tentunya juga gak bisa mengandalkan seratus persen asuransi sih, karena kebanyakan perusahaan tidak menyertakan problem infertilitas termasuk dalam benefit asuransi.
Okay, untuk memilih dokter spesialis (in)fertilitas ini saya mencari-cari di internet, kaya biasa, hehe. Saya pilih terutama yang dekat rumah, yaitu Depok. Nah di Depok ini, klinik fertilitas yang saya tahu (dan terlihat keren di mata saya,hehe) yaitu RS Bunda. Hal ini dikarenakan (ampun bahasanyaaa) di RS Bunda itu emang ada klinik khusu bayi tabung berjudul "IVF Morula". Soo, I conclude that the hospital has a specialty to infertility treatment..
Dokternya siapa? karena suami wanti-wanti harus cewek dokternya, jadilah hanya ada dua pilihan. dr. Dian Indah Purnama dan dr. Mira Myrnawati. Yang mana akhirnya saya pilih dr. Dian karena setelah googling, nama dia lebih populer. Which is kalau dia lebih populer, pengalaman dan success story-nya lebih banyak. Ya kan? ya doong (semoga). Tambahan lagi, si dokter ini ternyata punya akun twitter yang lumayan aktif (apeeuu).
Akhirnya, setelah memutuskan dokter dan RSnya, saatnya sekaranglah untuk daftaaarr.. Saya menghubungi pihak RS, ngobrol-ngobrol dengan susternya (susternya lumayan smart dan komunikatif), dan akhirnya dia membenarkan jika emang kebanyakan pasien program hamil perginya ke dokter Dian. (tuh kan bener feeling sayaaah) Si suster juga menyebutkan bahwa saat konsultasi, sebaiknya saat mens hari kedua.. Ternyata eh ternyata, hal ini disebakan karena penyakit-penyakit/kelainan dalam rahim bisa tuntas terlihat pada saat menstruasi. Mungkin disebabkan hormon yah.. but i don't exactly know what's the reason actually..
Cerita-cerita detail tentang pemeriksaan saya diceritain di posting berikutnya yaa, Insya Allah.. keep on believing, keep du'a-ing :D
Apakah Suntikan Sebelum Menikah Merupakan Suntik KB?
sumber |
Pertanyaan ini datang saat saya sedang galau, apa kira-kira penyebab hingga 6 bulan pernikahan, saya tak kunjung hamil. Apakah karena suntikan di puskesmas yang diwajibkan pemerintah sebelum menikah itu? yang mereka sebut suntikan tetanus, agar saat melahirkan, Ibu tidak kejang2?
Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, sehari setelah saya suntik itu, saya bercerita kepada teman-teman kantor. Yang paling senior berkata, "Aku dulu gak mau suntik TT, itu kan sebenarnya suntik kontrasepsi loh, buat pembatasan jumlah penduduk." Olala, lumayan khawatir juga sih pas dia bilang begitu. Dan ternyata belakangan saya juga mendengar lagi isu tersebut dari Ibu saya. Beliau cerita bahwa ada tetangga yang bilang seperti itu juga. Waduh.. saya jadi lumayan terpengaruh sehingga tidak datang lagi untuk suntik TT tahap dua yang dianjurkan suster puskesmas. (lagian males juga di puskesmas lamaaa :(
Karena khawatir itu memang benar adanya, saya akhirnya googling tuh masalah itu. Tampak beberapa postingan di web yang juga membicarakan isu tersebut. Saya sih kasih kata kuncinya "Suntikan TT sebelum menikah adalah kontrasepsi" dari situ ternyata ada cukup banyak web yang sudah mengulas hal tersebut, salah satunya dari detikhealth . Bunyinya begini, "Tidak ada kaitannya suntik TT dengan suntik KB, suntik TT justru akan melindungi ibu hamil dari infeksi saat melahirkan," ujar Dr Ali Sungkar, SpOG dari RS Cipto Mangunkusumo
Pembahasan lain datang dari web ini . Narasumbernya adalah Dr Dwiana Ocvianty, SpOG(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berikut cuplikan artikelnya,
Beberapa kali Dr Ovi, sapaannya, menegaskan bahwa vaksin TT bukanlah alat KB terselubung seperti yang diduga oleh banyak orang.
"Rumor ini sudah beredar sejak lama sekali. Tapi, lihat saja buktinya, angka pertumbuhan penduduk di Indonesia masih tinggi, kan?" ujar dokter itu.
Ia pun menggambarkan, jika memang vaksin TT merupakan KB terselubung dari pemerintah, pastilah pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak akan secepat ini. "Bahkan, sangat mungkin jika negara lain yang pertumbuhan penduduknya cepat seperti China akan memesan vaksin TT dari Indonesia untuk program KB mereka," katanya.
Oke, pencarian di dunia maya sudah dilakukan. Dan terbukti salah. Berarti harus dibuktikan dengan cara lain. Cara yang akurat dan ilmiah ada sih,, ya langsung tanya ke puskesmas, atau lihat langsung cairan apa yang ada di situ. Tapi saya belum sampai pada tahap ini. Gak praktis dan malah bikin keributan deh kayaknya, hehe. Jadi saya putuskan untuk bikin survey kecil-kecilan. Jadi saya ambil sampel dari teman-teman baru menikah juga, yang mendapat suntikan TT, apakah mereka sudah hamil/belum dan yang tinggal di kota yang sama. Dalam melakukan survey ini juga saya melibatkan dua orang teman. Namun mereka bebas menentukan lokasi tempat teman mereka. Saya research minded banget yah, hehe. Gapapa deh demi mendapatkan kebenaran dan fakta empiris.
Surveynya kecil-kecilan aja sih. cuma ngelibatin kira2 sepuluh sampel. Dan hasil dari survey itu (maap luma detilnya berapa karena udah lama, maaapp) : Wanita yang suntik TT sebelum nikah dan langsung hamil lebih besar daripada wanita yang suntik TT dan belum hamil (at least selama 6 bulan nikah).
Well, berdasarkan bukti-bukti tersebut, berarti resmilah tuduhan saya bahwa suntikan TT = kontrasepsi salah. Hehe. Maapkan yah pemerintah jika saya sudah suudzon. Astaghfirulloh.
Okay, berarti sekarang saatnya mencari tahu lebih lanjut tentang penyebab tak kunjung hamil lainnya.. Bersemangaatt :))
اجْتِنَابَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba’ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah, bi rahmatika ya arhamar-rahimeen.
Artinya : Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya
Subscribe to:
Posts (Atom)